Rabu, 29 April 2015

KISAH SIPENJUAL IKAN SEGAR

Seseorang pedagang ikan memulai berjualan di pasar dipagi hari. Agar dapat menarik pembeli ia memasang papan pengumuman bertuliskan "HARI INI DI SINI DIJUAL IKAN SEGAR"

Tidak lama kemudian datanglah seorang pengunjung yang menanyakan tentang tulisannya. "Mengapa kau tuliskan kata HARI INI? Bukankah kau memang hari ini berjualan, bukan kemarin atau besok?"

Pedagang ikan itu berpikir dan menjawab, "Iya, kau benar." Kemudian ia menghapus tulisan "HARI INI" dan di papan tersebut tulisan berkurang menjadi "DISINI JUAL IKAN SEGAR"

Beberapa saat kemudian datang pembeli ke dua. Pembeli tersebut juga menanyakan tulisan di papan, "Mengapa kau tulis kata DI SINI ? Bukankah semua orang sudah tau kalau kau berjualan DI SINI , bukan DI SANA atau di tempat lain?"

"Benar juga!" pikir si pedagang ikan tersebut, lalu dihapusnya kata "DI SINI" dan tinggallah tulisan "JUAL IKAN SEGAR".

Tidak lama kemudian datang pengunjung ke tiga yang juga menanyakan tulisannya.

"Mengapa kau pakai kata SEGAR ? bukankah semua orang sudah tau kalau yang kau jual adalah ikan segar, bukan ikan busuk?"

"Benar juga" pikir si pedagang ikan, lalu dihapusnya kata "SEGAR" dan tinggallah tulisan "JUAL IKAN"

Sesaat kemudian datanglah pengunjung ke empat yang juga menanyakan tulisannya, "Mengapa kau tulis kata JUAL? Bukankah semua orang sudah tahu kalau ikan ini untuk dijual, bukan dipamerkan atau dibagikan?"

Benar juga pikir si penjual ikan,, lalu dihapusnya kata JUAL dan tinggalah tulisan "IKAN"

Selang beberapa waktu kemudian, datang pengunjung ke lima, yang juga menanyakan tulisannya : "Mengapa kau tulis kata IKAN?, bukankah semua orang sudah tau kalau ini Ikan bukan Daging atau Sayur?"

"Benar juga" pikir si penjual ikan, lalu diturunkannya papan pengumuman itu.

Tinggallah pedagang ikan tersebut berjualan tanpa memasang papan tulisan, dan keinginan menarik pembeli gagal sudah.

Pelajaran:
Yakinlah bahwa tidak mungkin kita bisa memuaskan setiap orang. Sudah menjadi fitrah manusia untuk berbeda pendapat.
Jadi utamakan suara hati anda... biarlah orang lain berpendapat... jangan mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain bila anda merasa itu sudah sesuai dengan tujuan anda.

©Holiel Cyclemaster

DP BBM Bergerak

Animasi

Selasa, 28 April 2015

HOLIEL CYCLEMASTER

HIDUP BERAWAL DARI NOL

Hidup berawal dari 0 (nol)
Berakhirnya'pun kembali ke angka 0 (nol)

Lyrick : Senopati Reggae Roots™
©www.holielcyclemaster.blogspot.com

Kepanasan? Salahkan Perubahan Iklim (dan Diri Sendiri)

Kalau Anda bermandikan peluh pada suatu hari yang sangat panas, kemungkinan penyebabnya adalah Anda sendiri.

Umat manusia bertanggung jawab menyebabkan meningkatnya temperatur bumi dengan perannya memproduksi gas rumah kaca, demikian menurut studi yang diterbitkan di jurnal Nature Climate Change.

Walaupun tidak sepenuhnya bertanggung jawab atas perubahan iklim, 75 persen atau tiga perempat penyebabnya adalah gas rumah kaca yang meningkat hingga melebihi 95 persen.

Dampak manusia tidak sekentara pada meningkatnya curah hujan. Kelompok ilmuwan Swiss yang melakukan studi menemukan hanya 18 persen dari peristiwa hujan lebat disebabkan oleh perubahan iklim. Tapi bila temperatur bumi meningkat sebanyak 1,1 derajat Celcius, diperkirakan pada pertengahan abad, sekitar 39 persen hujan deras disebabkan oleh pengaruh manusia, menurut studi ini. Dampak tersebut datang dari gas rumah kaca, terutama karbondioksida dari pembakaran batu bara, minyak dan gas.

"Studi baru ini membantu menjelaskan seberapa besar probabilitas pengaruh manusia," menurut Jonathan Overpeck, pakar iklim dari University of Arizona, yang tidak terlibat dalam riset tersebut. "Ini menjadi kunci: bila Anda tidak suka mendapatkan temperatur ektrim, Anda tahu Anda dapat mengurangi probabilitasnya dengan mengurangi emisi gas rumah kaca."

Kepala peneliti dalam studi ini, Erich Fischer, seorang pakar iklim di ETH Zurich, sebuah universitas di Swiss, dan koleganya, Reto Knutti, memeriksa hanya hari-hari yang paling panas, atau sepersepuluh dari 1 persen hari yang panas. Dengan menggunakan 25 modul komputer yang berbeda, Fischer dan Knutti mensimulasi sebuah dunia tanpa emisi gas rumah kaca yang disebabkan manusia dan menemukan hari-hari yang panas terjadi sekali setiap tiga tahun.

Mereka lalu menghitung berapa kali itu terjadi dengan tingkatan gas yang memerangkap panas dan jumlahnya meningkat menjadi empat hari. Jadi tiga dari empat hari yang sangat panas disebabkan oleh manusia, menurut tim ini.

Dan ketika para ilmuwan meningkatkan level gas rumah kaca untuk mensimulasi bumi pada pertengahan abad, mereka mendapat 26 hari yang sangat panas, atau "hampir satu bulan penuh," ujar Fischer.

Angka-angka yang diperoleh Fischer dan Knutti merupakan perkiraan bagi seluruh dunia. Mereka juga menemukan bahwa Afrika dan Amerika Selatan memiliki jumlah hari yang sangat panas yang disebabkan oleh pengaruh manusia, masing-masing 89 dan 88 persen. Di Eropa, persentasenya 63 persen dan di Amerika Utara, 67 persen. Pada pertengahan abad (2050), bila emisi terus menanjak pada tingkat pertumbuhan saat ini, semua benua akan dapat menyalahkan setidaknya 93 persen hari yang sangat panas pada manusia.

Sejumlah ilmuwan memuji kevalidan studi ini.

Ketika orang bertanya apakah sebuah peristiwa cuaca yang tidak biasa terjadi akibat aktivitas manusia ataukah hanyalah variasi alami, itu adalah pertanyaan yang salah karena keduanya selalu terlibat, ujar Michael Oppenheimer, pakar iklim dari Princeton University, yang juga tidak terlibat dalam studi. Studi ini, katanya, menanyakan pertanyaan yang tepat: "Seberapa banyak perubahan disebabkan manusia dan seberapa disebabkan variasi alamiah?"

Dan begitu persentase kehancuran, biaya dan kematian dapat dikaitkan dengan manusia, lebih mudah bagi negara-negara untuk menilai harga emisi karbondioksida dalam upaya mengendalikan perubahan iklim, menurut pakar dari Duke University Drew Shindell.

©Sumber : V•A Voice Of America Indonesia